Header Ads

Desa Glempang Kecamatan Mandiraja Sebagai Desa Agrowisata Durian

Desa Glempang, Kecamatan Mandiraja tengah bersiap menuju desa Agrowisata dengan obyek unggulan kebun durian. Saat ini, tanaman durian yang mulai ditanam pada tahun 2011 lalu di tanah seluas 5,5 hektare mulai berbuah. Dan untuk pengembangannya ke depan, pemerintah desa bersama Bappeda, Dinas Pertanian, dan Dinbudpar tengah merencanakan pengembangan agrowisata dengan membangun fasilitas tambahan untuk menunjang rencana ini. Demikian disampaikan oleh Nowo Wikanto, kemarin, di lokasi kebun durian.

Nowo Wikanto kepala desa Glempang kecamatan Mandiraja di kebun Durian


“Masih dalam perencanaan, kita akan membangun empang seluas 80 m x 40 m di puncak bukit. Empang ini fungsinya untuk menampung air dan sebagai sumber air untuk tanaman durian. Nantinya di musim kemarau air dari empang ini menjadi sumber air untuk mengairi tanaman durian, sehingga kebutuhan air untuk tanaman terjamin” katanya.

Pembangunan empang seluas 80 m x 40 m, lanjutnya, selain untuk kepentingan pertanian diharapkan juga dapat menjadi obyek wisata alternatif. Sebab untuk kasus yang sama di wilayah Wonogiri dengan empang yang luasannya lebih kecil sementara umur tanaman baru satu tahun pun sudah menjadi obyek wisata baru.

Rencananya di sekitar empang juga akan dibangun fasilitas lain seperti gazebo. Sebab pemandangan alam dari atas sungguh bagus. Fasilitas lain yang dibangun adalah ruang terbuka untuk pementasan teater ataupun seni pertunjukan, pintu gerbang, dan tempat parkir. Saat ini rencana ini masih digodog di Bappeda bersama Dinas Pertanian” katanya.

Upaya mengembangangkan Glempang sebagai desa wisata, lanjutnya, mulai dirintis pada tahun 2011 dengan penanaman 700 pohon durian berbagai jenis pada kebun seluas 5,5 hektar. Pencananganya secara formal dilakukan oleh Bupati dan Wakil Bupati. Oleh karena pola tanamannya homogen pada suatu tempat, tahun berikutnya mendapat tambahan tanaman Durian dari Dinas Pertanian. Selain di kebun buah, tanaman ini juga menyebar ditanam di tanah-tanah milik warga sehingga pohon durian bisa ditemui di hampir semua kebun warga.

“Berdasarkan pencacahan yang dilakukan oleh Pokdarwis, sekarang ini terdapat lebih dari 1000 pohon durian. Varietasnya terdiri dari Montong, Mimang, Cani, dan Kamun. Pada panen perdana tahun ini harga jual per kilogramnya mencapai Rp 30 ribu per kilo” katanya.

Kabid Pariwisata pada Dinbudpar, Yusuf Winarsono, ST., MT., membenarkan bahwa desa Glempang kini tengah dipersiapkan menjadi Desa Wisata dengan obyek unggulannya adalah wisata agro kebun durian yang berada dalam satu kawasan. Obyek ini unik dan tidak ada di tempat lain di Banjarnegara. Selain itu, lanjutnya, desa Glempang mempunyai dukungan akses jalan yang sudah bagus menuju lokasi desa.

“Untuk menjadi desa wisata yang baik, dua keuntungan tersebut harus didukung adanya kelembagaan yang baik dan partisipasi warga desa. Tanpa adanya partisipasi warga sulit mengembangkan ke depannya. Sebab pariwisata tidak hanya menyangkut obyek namun juga menyangkut dukungan lainnya seperti keramahan warga, kebersihan lingkungan, kenyamanan, keamanan, akomodasi, kuliner, dan seterusnya” katanya.

Wakil Bupati Drs. Hadi Supeno, M. Si, yang mengunjungi langsung kebun durian optimis desa Glempang akan menjadi masa depan wisata agro di Banjarnegara. Selain tanaman berada pada satu kawasan, rencana pembangunan empang akan menjamin keberlangsungan tanaman durian, termasuk musim buahnya. Saat empang jadi, lanjutnya, saya yakin Desa Glempang akan disibukan dengan kunjungan wisatawan, tinggal kesiapan warganya.

“Dengan ketinggian pohon yang rata-rata berkisar 5 meter dan buahnya yang bisa dipetik dengan mudah, ini akan menjadi pengalaman sendiri bagi wisatawan. Saking rendahnya, anak-anak pun bisa memanjat. Selain itu, karena berada dalam satu kawasan, wisatawan bisa memilih sendiri durian di pohon yang diminati” katanya.

Sumber tulisan dan poto: http://jatengprov.go.id